Jakarta (Antaranews Papua) - Maskapai penerbangan berbiaya rendah "low cost carrier" (LCC) Air Asia siap mendukung program pariwisata Indonesia yang tahun ini menargetkan kunjungan 17 juta wisatawan mancanegara (wisman).
CEO Air Asia Group Tony Fernandes bersama Direktur Utama Air Asia Indonesia Dendy Kurniawan menemui Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya untuk kepentingan dukungan tersebut di kantor Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Jakarta, Senin.
Kunjungan pimpinan Air Asia ini merupakan rangkaian roadshow yang dilakukan Menpar Arief Yahya untuk mendapatkan dukungan unsur 3A (Authorities - Airports & AirNavigation - Airlines).
"Air Asia berkomitmen membuka rute penerbangan baru ke destinasi pariwisata prioritas serta dari originasi prioritas yang pertumbuhannya besar," kata Menpar Arief Yahya.
Ia juga mendukung usulan Air Asia dalam pengembangan bandara LCC di bandara prioritas Indonesia yakni Cengkareng (CGK) dan Denpasar (DPS) serta pengurangan airport tax bagi penumpang LCC dalam mendorong pertumbuhan maskapai penerbangan berbiaya murah.
"Kita akan dukung pengembangan LCC di Indonesia untuk mencapai target 17 juta wisman," kata Menpar Arief Yahya.
Menurut Menteri Arief, bisnis TTT (tourism, transportation, dan telecommunication) punya karakteristik yang mirip dengan LCC yang tergantung pada sesi liburan (musim) dan jarak sehingga ada zonasi di dalamnya.
"Selain itu, LCC dan TTT sama-sama sensitif dengan harga. Makin murah meriah, makin meledak trafiknya. Karena penerbangan murah, maka harga makin terjangkau oleh masyarakat. Masyarakat juga jadi terbiasa naik pesawat. Lihat saja di Terminal 1 Soekarno Hatta, penumpangnya banyak dan antre panjang," jelas Menpar Arief Yahya.
Dalam pertemuan itu, Tony Fernandes mengusulkan pengembangan terminal khusus LCC di Indonesia, khususnya di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng untuk memudahkan konektivitas penerbangan internasional ke penerbangan domestik.
Menurut Tony Fernandes, Indonesia relatif lambat pertumbuhan maskapainya dibandingkan negara lain karena tidak memiliki strategi khusus untuk melayani penerbangan LCC.
Tony Fernandes memberikan perbandingan dengan Thailand yang sekarang membuka bandara terminal khusus "low cost" terminal karena mayoritas maskapai menggunakan pesawat "wide body, low cost".
Pada kesempatan itu, Tony Fernandes menyarankan Terminal 2 sebagai terminal khusus "low cost" terminal atau membuka kembali Terminal 3 lama sebagai terminal khusus maskapai LCC.
Ide utama dari terminal LCC, menurut Tony Fernandes, adalah memperpendek waktu untuk transit, dan memperpanjang waktu untuk berbelanja.
Hal ini diharapkan mempertinggi efektivitas waktu penerbangan sehingga bisa diperbanyak.
Sebagai benchmark bandara LCC yang baik, menurut Tony Fernandes, adalah Stansted Airport, London, Inggris.
"Kita siap untuk mengeluarkan uang banyak, karena kita membuka jalur Narita-Jakarta dan responnya sangat bagus, sementara itu kita siap membuka rute penerbangan Jakarta-India," kata Tony Fernandes.
Pihaknya juga menawarkan untuk membuat keramaian di banyak bandara di Indonesia dengan contoh Bandara Bandung di mana Air Asia sebagai maskapai perintis yang membuka jalur internasional Kuala Lumpur-Bandung yang kemudian diikuti oleh maskapai lain.
"Saya bisa membuat keramaian di bandara-bandara yang ada di Indonesia. Seperti bandara di Bandung dan bandara lain dengan membuka rute internasional," kata Tony Fernandes.
Pada pertemuan itu, Air Asia juga mengusulkan pengurangan airport tax untuk mendorong pertumbuhan LCC karena 60 persen dari rute Air Asia merupakan rute baru. Di Indonesia pertumbuhan terbesar ada di kota-kota sekunder dan ini berbeda dengan maskapai premium yang memfokuskan penerbangan pada kota-kota primer atau ibukota.
Tony Fernandes melaporkan bahwa pertumbuhan maskapai LCC tahun lalu mencapai 32 persen sedangkan maskapai "full service" hanya 3,5 persen. (*)