Ketua MPR RI Bambang Soesatyo saat memberikan mengisi kuliah umum Pascasarjana di Universitas Sumatera Utara mengajak mahasiswa pasca sarjana untuk membantu memecahkan persoalan-persoalan bangsa.
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo dalam rilisnya di Jakarta, Senin, mengatakan ada tuntutan yang lebih besar kepada para mahasiswa pascasarjana, berbeda dengan mahasiswa S-1 (tingkat sarjana).
Mahasiswa pasca sarjana harus memiliki kemampuan berpikir kritis dan analitis, serta memecahkan persoalan (problem solving).
Dengan berbagai kemampuan tersebut, diharapkan para mahasiswa pasca sarjana sebagai sumber daya dan aset bangsa dapat memberikan kontribusi optimal dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang semakin kompleks dan dinamis seiring laju pertumbuhan zaman.
"Saat ini kami sedang dihadapkan pada era disrupsi, di mana kemajuan teknologi telah mengubah tatanan konvensional yang sebelumnya kita asumsikan sebagai sebuah 'kemapanan' dan menghadirkan tatanan baru yang mengoreksi makna kemapanan tersebut,” kata dia.
Dunia bisnis, perbankan, transportasi, sosial kemasyarakatan, pendidikan, dan seluruh sektor kehidupan lainnya kata dia dituntut berubah menyesuaikan diri dengan standar kemapanan yang baru tersebut.
Bamsoet juga mengapresiasi kiprah Universitas Sumatera Utara (USU), yang menurut pemeringkatan Webometrics pada 2020 berhasil meraih posisi 8 universitas terbaik di Indonesia.
Menurut dia hal itu sebuah capaian luar biasa, mengingat pada 2018 USU menduduki peringkat ke-33, dan pada 2019 peringkat ke-18. Progress yang konsisten ini menunjukkan bahwa USU melangkah ke arah dan jalur yang tepat.
"Berbagai prestasi yang telah dicapai, tidak boleh membuat USU berpuas diri. Ke depan masih banyak kesempatan untuk menorehkan prestasi dan mewujudkan visi USU sebagai perguruan tinggi yang memiliki keunggulan akademik sebagai barometer kemajuan ilmu pengetahuan yang mampu bersaing dalam tataran dunia global," ucapnya.
Rektor USU Prof Dr Runtung Sitepu, Direktur Sekolah Pascasarjana USU Prof Dr Robert Sibarani, dan pakar ekonomi Prof Dr John Hutagaol ikut serta dalam kuliah umum itu.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menambahkan implementasi tatanan kehidupan baru menjelma dalam beragam fenomena, namun dengan karakteristik yang sama, yaitu pemanfaatan kemajuan teknologi untuk mendapatkan nilai kemanfaatan yang optimal.
Sebagai contoh, pemanfaatan teknologi informasi di sektor perdagangan (e-commerce) menjadi sangat menjanjikan karena mempunyai pangsa pasar yang sangat luas dan nyaris tanpa batas.
"Hal ini didorong hadirnya era internet, berdasarkan riset yang dipublikasikan Februari 2020, tingkat penetrasi internet di Indonesia mencapai 64 persen. Artinya, dari total penduduk Indonesia saat ini diperkirakan berjumlah 272,1 juta jiwa, sekitar 175,4 juta jiwa di antaranya menggunakan akses internet," kata Bamsoet.