Pontianak (ANTARA) - Perum LKBN Antara biro Kalimantan Barat dan Beijing menggelar webinar Internasional dengan tema menggali potensi ekonomi Tiongkok-Kalimantan Barat setelah pandemi, untuk meningkatkan hubungan bilateral kedua negara dalam meningkatkan perekonomian Kalbar.
"Pada kegiatan ini, Perum LKBN ANTARA Biro Kalimantan Barat bersama Biro Beiijing bermaksud menggandeng Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat membuat webinar internasional guna menggali potensi ekonomi Kalimantan Barat dan Tiongkok setelah pandemi. Dengan nara sumber Wakil Gubernur Kalimantan Barat Ria Norsan dan Kedutaan Besar RI di Beijing," kata Kepala Biro Antara Kalbar, Teguh Imam Wibowo di Pontianak, Jumat.
Teguh mengatakan, pada kegiatan ini juga dihadiri oleh kepala daerah yang ada di Kalbar serta beberapa pihak terkait lainnya.
"Saya berharap, dengan adanya kegiatan ini bisa memberikan kontribusi besar bagi perkembangan investasi di Kalbar, khususnya dalam memaksimalkan kerjasama antara pemerintah Indonesia dalam hal ini Kalbar dan Tiongkok dalam sektor berbagai sektor yang ada, sesuai dengan potensi di setiap daerah di Kalbar," tuturnya.
Pada kesempatan itu, Direktur Pemberitaan Perum LKBN Antara, Akhmad Munir menyambut baik kerjasama antara dua biro ANTARA yang ada di Kalbar dan Beijing dalam melaksanakan kegiatan webinar internasional tersebut.
"Kita berharap kegiatan ini bisa memberikan kontribusi besar bagi Indonesia dan China, khususnya bagi Kalbar agar berbagai potensi daerah yang ada bisa tergarap dengan maksimal dengan semakin banyaknya investasi yang masuk nantinya," kata Munir.
Sementara itu, Wakil Gubernur Kalbar, Ria Norsan mengatakan banyak potensi yang ada di Kalbar terutama di bidang pertanian, UMKM, perdagangan, pariwisata dan bidang lainnya.
Kalimantan Barat juga memiliki posisi strategis baik secara geografi ekonomi maupun geopolitik, terlebih Kalbar terletak di perlintasan alur laut kepulauan Indonesia I yang menjadi jalur utama pelayaran dari Pulau Jawa ke Asia atau sebaliknya, Kalbar mempunyai peran penting.
"Selain itu, Kalbar mempunyai sumber daya alam berlimpah seperti karet, kelapa sawit dan tambang sebagai penggerak perekonomian. Produksi dari sumber daya alam tersebut sebagian besar dikirim lagi ke luar negeri seperti Tiongkok, Malaysia dan Singapura serta India," kata Ria Norsan.
Mengacu ke data yang ada, Tiongkok merupakan salah satu negara tujuan utama ekspor asal Kalbar. Sebagai wilayah yang secara geografis dekat dengan salah satu ekonomi terbesar di dunia itu, Kalimantan Barat perlu menangkap peluang secara maksimal.
"Dari sisi waktu, pengiriman barang dari Kalimantan Barat tentu akan lebih cepat tiba di Tiongkok jika dibandingkan pelabuhan lain di Pulau Jawa. Terlebih lagi, Kalimantan Barat memiliki pelabuhan skala internasional yang terletak di Pantai Kijing,
Kabupaten Mempawah. Pelabuhan tersebut akan dikemas secara terintegrasi dengan kawasan industri yang luasnya mencapai 200 hektare untuk tahap awal," kata Ria Norsan.
Dia menambahkan, untuk satu produk misalnya CPO, Kalimantan Barat akan mendapatkan imbal hasil yang selama ini lebih banyak dinikmati pihak luar.
Menurut data Dinas Perkebunan Kalimantan Barat, jika CPO di ekspor langsung dari Pelabuhan Kijing maka potensi pendapatan dengan asumsi satu ton nilainya 650 dolar AS, maka pajak ekspor yang diperoleh mencapai 50 USD. Angka ini jika dikumulatifkan, maka Kalbar akan mendapat Rp750 miliar sebagai perolehan dari pajak ekspor CPO.
"Jika komoditas lain juga dapat dimaksimalkan untuk ekspor, maka Kalimantan Barat akan berpotensi mendapatkan hasil pajak yang lebih besar. Selain Kijing, Kalbar juga kaya akan potensi perikanan karena masuk dalam Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I seperti di perairan Kabupaten Ketapang, Kabupaten Kayong Utara," katanya.