Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy meminta seluruh tenaga kesehatan di Provinsi Papua tetap bertugas melayani masyarakat setelah peristiwa kekerasan di Distrik Kiwirok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Senin (13/9).
"Tentu saja mereka yang jadi korban harus ditarik dan diberi 'trauma healing'. Tapi kalau ada yang usul (tenaga kesehatan, red.) ditarik saya keberatan," katanya melalui pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin.
Dia menjelaskan masyarakat Papua sangat membutuhkan pelayanan publik, terutama kesehatan.
"Justru target kelompok kriminal bersenjata (KKB) supaya layanan publik ini berhenti di sana sehingga tercipta ketidakpuasan masyarakat dan kemudian melakukan pembangkangan," katanya.
Ia mengemukakan solusi yang dapat dilakukan yaitu merotasi tenaga kesehatan (nakes) yang menjadi korban kekerasan di Papua sehingga pelayanan bisa terus berjalan.
“Kasihan masyarakat. Ini kan bukan salah mereka, yang bikin ulah itu anggota KKB. Jangan sampai kemudian sanksinya itu secara tidak langsung kepada masyarakat yang jelas-jelas mereka juga berada dalam keadaan tertekan,” katanya.
Muhadjir mendorong aparat keamanan di Papua untuk membangun pos penjagaan di dekat fasilitas pelayanan publik.
"Menurut saya, ya aparatnya yang mendekati pusat-pusat pelayanan itu. Dibikin pos, didekatkanlah pos-pos penjagaan itu dengan pusat-pusat pelayanan," kata
Ia mengatakan siapapun berhak mendapat perlindungan dan pengamanan yang ketat, terutama para petugas layanan masyarakat, seperti tenaga kesehatan yang ada di daerah rawan, agar bisa menjalankan tugas dengan leluasa tanpa merasa khawatir dan terancam.
Muhadjir berpendapat, saat ini belum diperlukan membangun kembali fasilitas pelayanan kesehatan di dekat markas TNI/Polri. Alasannya, selain memerlukan biaya yang tinggi, persoalan tanah adat dan ulayat juga tidak mudah untuk dilakukan pembebasan.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu, optimistis bahwa instansi terkait sudah melakukan upaya pengamanan secara ketat dan cepat.
Muhadjir menyebut kekerasan yang dialami sejumlah nakes di Papua, termasuk seorang nakes atas nama Gabriela Meilani yang wafat, sebagai situasi yang memprihatinkan.
"Ini sangat memprihatinkan. Apapun niatnya, apapun langkahnya, ini sangat tidak terpuji karena ketika yang jadi sasaran justru mereka-mereka yang selama ini melayani masyarakat Papua yang dalam banyak hal masih tertinggal dibandingkan saudara-saudaranya yang lain," katanya.
Berita Terkait
Disdikbud Biak sediakan pelayanan laporan kekerasan anak "Sagu Papeda"
Kamis, 12 Desember 2024 19:42
KPAD Papua mencatat 104 kasus kekerasan anak
Sabtu, 7 Desember 2024 2:26
DP3AKB Kota Jayapura tangani 79 kasus kekerasan terhadap anak
Selasa, 5 November 2024 17:01
DP3AKB Jayapura sebut perlu dukungan lintas sektor untuk melindungi anak
Selasa, 22 Oktober 2024 9:29
Satgas Pencegahan Kekerasan-Perundungan Anak di Biak perkuat koordinasi kerja
Kamis, 3 Oktober 2024 12:33
Polresta Jayapura tetapkan tiga pelaku kasus pencurian kekerasan sebagai tersangka
Kamis, 12 September 2024 1:14
Pemkab Biak Numfor bentuk Satgas Tim Pencegahan Kekerasan Anak
Jumat, 2 Agustus 2024 18:21
DP3AKB Biak sediakan pelayanan Simfoni adukan kekerasan perempuan-anak
Selasa, 30 Juli 2024 15:08