Sentani (ANTARA) - Dinas Kesehatan Papua menyatakan pengobatan tuberculosis (TB) di daerah setempat masih perlu peningkatan karena capaiannya di bawah target nasional.
Saat ini Indonesia berada di peringkat kedua dunia sebagai penyumbang penderita TB terbanyak yaitu estimasi insiden sebesar 969 ribu atau 354 per 100.000 penduduk dan mortalitas 144.000 atau 52 per 100.000 penduduk.
Kepala Balai Pencegahan dan Pengendalian Aids, Tuberculosis dan Malaria (BP2 ATM) Dinas Kesehatan Papua dr Beeri IS Wopari saat dihubungi dari Jayapura, Selasa mengakui pengobatan TB di daerah ini masih di bawah target nasional.
“Kita secara nasional sudah diberi target, di mana semua kasus TB di Papua yang mengakses obat TB harus di atas 90 persen, namun kenyataannya masih 70 persen,” katanya.
Menurut dr Beeri, dengan angka itu maka di Papua masih ada kasus TB yang belum memperoleh obat atau pelayanan pengobatan yang baik.
“Dari semua yang sudah mendapat obat TB ternyata baru mencapai 50 persen, harusnya 90 persen,” ujarnya.
Dia menjelaskan itu menandakan dari semua pasien TB yang sudah mendapatkan obat atau peroleh pengobatan, ternyata tingkat kesembuhan masih rendah.
“Harus kalau dari persentase, yang sudah dapat pengobatan TB harusnya sembuh semua,” katanya.
Dia menambahkan untuk pengobatan TB di Papua masih sangat rendah dibanding dengan tiga provinsi baru yakni Papua Selatan, Papua Tengah dan Papua Pegunungan.
“Untuk itu, kita harus pacu dinas kesehatan di sembilan kabupaten/kota untuk mampu menangani masalah TB sehingga target nasional bisa tercapai,” ujarnya.
Pencapaian Provinsi Papua pada Program TB 2023 masih di bawah target nasional yaitu 2022 cakupan penemuan kasus TB atau Treatment Coverage (TC) sebesar 75 persen dari target 90 persen dan 2021 cakupan keberhasilan pengobatan atau Treatment Success Rate (SR) sebesar 75 persen dengan target 90 persen.
Data Dinkes Papua, capaian pelayanan TB di 2023 sebesar 34 persen untuk TC dan jumlah kasus TB yang belum di evaluasi pada 2022 ada 5.487 kasus.