Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Papua menyebutkan dengan menerapkan digital farming atau pertanian digital dapat mendorong peningkatan produksi pangan dengan begitu mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan di Tanah Papua.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Papua Faturachman di Jayapura, Jumat, mengatakan sebagai upaya pengendalian inflasi pihaknya telah melakukan beberapa langkah yakni keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi efektif (4K).
"Jadi implementasi Good Agricultural Practices (GAP) dan digital farming bagi petani dan kelompok masyarakat harus didorong untuk mendukung peningkatan produktivitas komoditas pangan," katanya.
Menurut dia, implementasi digital farming serta pemanfaatan pupuk organik dan pertanian hidroponik harus terus didukung sebagai replikasi best practice pertanian dari hulu ke hilir.
"Di samping itu, Kerja sama Antar Daerah (KAD) dan fasilitasi distribusi pangan juga terus diperluas untuk efisiensi rantai pasok pangan," ujarnya.
Dia menjelaskan salah satunya dengan menggelar Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di mana dalam rangka mendukung ketersediaan pangan sekaligus memperluas digitalisasi QRIS, kegiatan Gerakan Pangan Murah (GPM) yang disinergikan bersama Perum Bulog.
"Kami telah menggelar GNPIP secara serentak di Merauke, Nabire, Mimika, dan Kota Jayapura yang berlangsung hingga 26 Juli 2024," katanya lagi.
Dia menambahkan selain kegiatan GNPIP ada juga pemberian bantuan sarana prasarana pertanian kepada dua pojok tani dan satu pondok pesantren di Kabupaten Merauke. Lalu ada juga satu pojok petani dari Nabire,
"Selain itu ada juga peluncuran pupuk organik cair yang mana merupakan hasil produksi SMK Negeri 5 Merauke, lalu penandatanganan KAD antara distributor di Kota Jayapura dan bawang merah di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan," ujarnya.