Jayapura (ANTARA) - Pelaksana Harian Sekretaris Kota Jayapura, Papua Evert Merauje menyebut pelaksanaan festival publikasi bahasa dan sastra Port Numbay jenjang SD dan SMP untuk menjaga keberlangsungan budaya daerah setempat tetap bertahan.
Evert Merauje di Jayapura, Kamis (15/8), mengatakan merawat dan melestarikan aset tak benda seperti bahasa daerah tentunya berbeda dengan cara melihat aset berupa benda.
"Bahasa daerah merekam kearifan lokal, pengetahuan dan kebudayaan sehingga kepunahan bahasa daerah sama artinya dengan hilangnya aset benda yang terekam di dalam bahasa daerah tersebut," katanya.
Menurut Merauje, Pemkot Jayapura melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat mempunyai tanggung jawab dalam melakukan pengembangan dan perlindungan bahasa, sastra dan aksara.
"Kota Jayapura memiliki 14 kampung di mana warga setempat menggunakan bahasa ibu sebagai bahasa identitas dan setiap kampung memiliki berbagai suku sehingga ini menjadi warisan budaya yang harus dilestarikan," ujarnya.
Dia menjelaskan bahasa ibu merupakan elemen fundamental yang membentuk identitas sebuah daerah dan melalui bahasa ibu juga dapat disampaikan pemikiran dan perasaan serta nilai-nilai budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi.
"Sementara itu sastra menjadi cerminan dari kehidupan masyarakat dan menyimpan sejarah sebagai media untuk mengekspresikan kreativitas dan kearifan lokal bahasa ibu," katanya lagi.
Dia menambahkan dengan demikian festival publikasi bahasa dan sastra Port Numbay sebagai bentuk untuk memelihara dan meningkatkan sikap positif terhadap bahasa dan sastra daerah setempat.
Sementara itu, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pemkot Grace Yoku mengatakan peserta dalam festival publikasi bahasa dan sastra Port Numbay merupakan para siswa jenjang SD dan SMP sebanyak 60 orang
Menurut Yoku, ajang tersebut dilaksanakan dengan tujuan supaya anak-anak ini dapat menunjukkan kemampuan dalam menguasai bahasa daerah melalui berbagai kegiatan seperti bernyanyi, lawakan tunggal (Stan-Up comedy) dan membaca puisi tetapi juga cerita pendek.
"Seperti pada siswa jenjang SD menunjukkan kemampuan mendongeng menggunakan bahasa daerah Port Numbay," katanya.
Dia menambahkan pihaknya berharap melalui ajang ini juga dapat memotivasi masyarakat di kampung juga untuk menggunakan bahasa daerah.
"Artinya kalo anak-anak bisa berbahasa daerah maka orang dewasa juga harus bisa karena anak-anak yang tampil ini merupakan siswa yang berasal dari seluruh daerah di Indonesia," ujarnya.
Dalam festival publikasi bahasa dan sastra Port Numbay peserta menggunakan lima bahasa daerah yakni bahasa dari Kampung Nafri, Tobati, Skouw, Sentani dan Kayu Batu.