Jayapura (ANTARA) - Tunas Sawa Erma (TSE) Group sebagai pelaku industri yang bergerak pada bidang pengelolaan kelapa sawit di Provinsi Papua kini mulai menggunakan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) guna mengurangi dampak lingkungan.
Direktur Tunas Sawa Erma (TSE) Group Luwy Leunufna dalam siaran pers di Jayapura, Kamis, mengatakan penggunaan electric vehicle (EV) menjadi salah satu strategi utama dalam mengurangi dampak perubahan iklim.
“Electric vehicle cenderung lebih ramah lingkungan dibanding kendaraan berbahan bakar fosil karena tidak menghasilkan emisi karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx), atau partikel lain yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar,” katanya.
Menurut Luwy, masuknya electric vehicle sebagai alat transportasi di perkebunan sawit merupakan langkah inovatif guna membantu mengurangi dampak lingkungan dan mendukung keberlanjutan sektor sawit ini.
“Dalam skala besarnya, penggunaan electric vehicle adalah sebuah manuver untuk mewujudkan mimpi besar industri kelapa sawit untuk mencapai Net Zero Emissions,” ujarnya.
Dia menjelaskan meskipun kini masih dalam tahap awal dalam uji coba dengan menggunakan penggantian dari kendaraan konvensional jadi electric vehicle, pihaknya berharap seiring berjalannya waktu, teknologinya akan semakin maju sehingga sebagian besar alat yang dipakai di perkebunan khususnya truk-truk diganti menjadi EV.
“Rencananya electric vehicle akan digunakan untuk menunjang aktivitas perkebunan, mulai dari pengangkutan tandan buah segar hingga operasional pekerja di wilayah perkebunan,” katanya lagi.
Dia menambahkan berdasarkan angka inventarisasi GRK (Gas Rumah Kaca) jika TSE Group memakai 2 juta liter diesel hanya untuk truk saja, maka ini sama dengan emisi kurang lebih 4.000 ton CO2e.
Dengan kata lain, hanya dengan mengganti truk pengangkut buah yang saat ini menggunakan diesel ke kendaraan listrik, TSE Group diperkirakan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca hingga sekitar 4.000 ton per tahun.
Komitmen untuk menurunkan emisi ini sudah dilakukan sejak 2023, di mana TSE Group berkomitmen menggunakan Science Based Targets initiative (SBTi) sebagai standar untuk menetapkan target Net Zero Emissions.
Dengan menggunakan SBTi, perusahaan akan menetapkan target emisi dengan hal-hal yang dibutuhkan untuk membatasi pemanasan global di bawah 1,5°C.
“Kita harus punya kebijakan yang kuat dan komitmen yang kuat di mana bukan soal komitmen internal saja tapi kita komunikasikan ke stakeholder yang lain. Jadi semua pihak akan melihat apakah kita sungguh-sungguh dan konsisten untuk menerapkan komitmen itu,” ujarnya lagi.
Komitmen NDPE sudah diumumkan dan bisa dilihat di website TSE Group. Komitmen tersebut turunannya banyak. TSE Group bukan hanya membuat policy, tapi juga standar-standar bahkan di tingkat operasional, apa saja hal-hal yang harus diperhatikan, kemudian dimplementasikan di seluruh bagian untuk mendukung komitmen pada 2050 NZE bisa terwujud di TSE.
Lewat komitmen ini perusahaan juga akan mengikuti aturan pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan berkontribusi terhadap target Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia.
NDC Indonesia adalah komitmen nasional untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen pada 2030 dibandingkan dengan skenario "business as usual" atau sebesar 41 persen dengan bantuan internasional.