Timika (Antara Papua) - Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Mimika, Provinsi Papua segera melakukan inspeksi ke Bandara Anggoinggin di Lembah Aroanop, Distrik Tembagapura, yang dijadwalkan Jumat (12/5).
Kepala Dishubkominfo Mimika John Rettob di Timika, Kamis, mengatakan inspeksi dilakukan sebelum uji coba pendaratan (test landing) pesawat di bandara tersebut.
"Rencananya esok pagi tim akan melakukan inspeksi sekaligus survei ke Aroanop. Selain dari Dishubkominfo dan pihak perusahaan, tim yang ikut ke sana yaitu pilot pesawat Susi Air (pesawat jenis pilatus porter) dan pilot pesawat Asian One Air (pesawat jenis cessna grand caravan)," jelas John.
Setelah melakukan inspeksi dan survei, rencananya pesawat Susi Air dan Asian One Air nantinya akan melakukan uji coba pendaratan di Bandara Anggoinggin yang dibangun oleh PT Freeport Indonesia sejak 2012 itu.
"Jika semua ini berjalan baik maka nantinya Pemerintah Provinsi Papua melalui Dinas Perhubungan akan menerbitkan izin operasional agar Bandara Anggoinggin Aroanop bisa difungsionalkan," jelas John.
Manajer Community Relation pada Community Liaison Officer (CLO) PT Freeport Nathan Kum mengatakan pembangunan Bandara Anggoinggin Aroanop sudah hampir rampung seluruhnya, baik landas pacu (runway), terminal tunggu penumpang dan lainnya.
Bandara Ainggonggin Aroanop yang berada di dataran tinggi Kabupaten Mimika itu memiliki panjang landas pacu 500 meter dan mampu didarati pesawat jenis pilatus porter dan cessna grand caravan berpenumpang hingga 12 orang.
"Meskipun saat ini kondisi perusahaan menghadapi banyak masalah, namun perusahaan tetap berkomitmen penuh untuk menyelesaikan pembangunan Bandara Anggoinggin Aroanop. Pembangunan bandara ini murni merupakan permintaan masyarakat untuk membuka isolasi wilayah Aroanop dan sekitarnya sehingga ada kemudahan akses ekonomi, begitupun dengan program pendidikan, kesehatan dan kegiatan-kegiatan lainnya," jelas Nathan.
Menurut dia, Bandara Anggoinggin nantinya akan diserahkan oleh perusahaan kepada masyarakat Aroanop (pihak gereja) dan selanjutnya dari masyarakat akan diserahkan ke Pemkab Mimika untuk dikelola.
Nathan yang merupakan putra asli Suku Amungme itu mengakui selama puluhan tahun masyarakat dari sekitar Lembah Aroanop sangat bergantung penuh kepada pelayanan dari pihak perusahaan.
Akses satu-satunya yang bisa dinikmati oleh masyarakat Aroanop untuk bisa bepergian kemana-mana hanya menggunakan helikopter yang disediakan oleh PT Freeport.
"Kalau Bandara Anggoinggin ini sudah bisa beroperasi maka sudah tentu akan memberikan banyak kemudahan untuk masyarakat Aroanop. Kalau mengandalkan helikopter sudah tentu biaya yang dikeluarkan sangat mahal. Makanya kami harapkan bandara ini harus segera beroperasi tahun ini juga," harap Nathan.
Ia menjelaskan pembangunan Bandara Anggoinggin membutuhkan waktu yang cukup lama dengan biaya yang sangat mahal.
"Pekerjaan bandara ini butuh waktu tiga sampai empat tahun baru bisa selesai. Kami harus bongkar tanah sampai kedalaman empat meter lalu disusun material keras yang diambil dari sungai. Belum lagi pekerjaan sangat bergantung dengan kondisi cuaca. Kalau hujan, semua pekerjaan terhenti total dan baru dilanjutkan kembali kalau sudah cuaca kering," jelas Nathan.
Pekerjaan Bandara Anggoinggin Aroanop tersebut membutuhkan dana sangat besar lantaran seluruh peralatan konstruksi seperti eksavator, buldozer dan material lainnya harus dimobilisasi dari Timika menggunakan helikopter.
"Biayanya sangat besar mencapai puluhan miliar. Saat pekerjaan sedang berlangsung, di tengah jalan kami harus mengubah arah runway sesuai rekomendasi pihak perhubungan," tutur Nathan.
Ia menambahkan, sejak awal pembangunan Bandara Anggoinggin Aroanop, PT Freeport selalu menjalin komunikasi dengan Dishubkominfo Mimika. (*)