Jakarta (ANTARA) - Perusahaan induk Google, Alphabet, melarang situs dan aplikasi untuk menyiarkan iklan teori konspirasi virus corona yang mereka sebut sebagai "konten berbahaya".
Raksasa mesin pencari itu memperbaiki kebijakannya ketika COVID-19 terus berkecamuk di seluruh Amerika Serikat, dan perusahaan periklanan digital, seperti Google dan Facebook, menghadapi permintaan untuk berbuat lebih banyak dalam menekan informasi yang salah.
Dikutip dari Reuters, Sabtu, konten iklan yang tidak diizinkan adalah yang berkaitan dengan teori konspirasi, seperti gagasan bahwa pandemi virus corona dibuat di laboratorium China sebagai senjata biologis yang dibuat oleh pendiri Microsoft, Bill Gates, atau bahwa virus tersebut adalah hoaks.
Google telah melarang iklan dengan konten berbahaya, seperti obat penyembuh "ajaib" atau yang mempromosikan gerakan anti-vaksinasi.
Kebijakan baru tersebut juga akan melarang pengiklan membuat konten mereka sendiri yang mempromosikan teori konspirasi virus corona.
Google hanya mengizinkan lembaga tertentu untuk menjalankan iklan tentang pandemi virus corona, termasuk organisasi pemerintah dan penyedia layanan kesehatan, untuk mencegah kegiatan seperti menaikkan harga pasokan medis.
Berita Terkait
SMA Wamena pegunungan Papua ujian dengan google forms
Jumat, 6 Mei 2022 17:37
Google perketat aturan iklan untuk konten perang
Kamis, 24 Maret 2022 12:14
Google berikan fitur deteksi kondisi kabel buruk di layanan Android Auto
Sabtu, 19 Maret 2022 13:50
YouTube setop seluruh layanan berbayar di Rusia
Jumat, 11 Maret 2022 4:04
Google blokir media milik Rusia dari penghasilan iklan
Minggu, 27 Februari 2022 17:29
Google Cloud kenalkan pelacak jejak karbon dan citra satelit
Rabu, 13 Oktober 2021 11:14
Ketua DPD LaNyalla apresiasi keragaman budaya yang ditampilkan Google Doodle
Rabu, 18 Agustus 2021 21:06
Dua veteran Google pimpin konten Noice
Rabu, 18 Agustus 2021 18:18