Wamena (ANTARA) - Pimpinan dan pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIMIK) Agamu Wamena di Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua bangga sebab 24 alumnus mampu bersaing secara sehat dan lulus seleksi CASN yang dilakukan tahun 2019 secara daring.
Ketua STIMIK Agamua Wamena, Marthen Medalama di Wamena, Rabu, mengatakan memang ada pihak terkait yang meragukan keberadaan kampus ini.
"Tetapi kemarin saat pengangkatan CASN, kita punya anak-anak angkatan pertama dan kedua itu terserap sampai dengan 24 orang. Itu membuktikan bahwa ini bukan kampus abal-abal yang diragukan keabsahannya," katanya.
Ia mengatakan lulusan dari kampus yang mulai hadir di wilayah pegunungan tengah Papua pada 2012 lalu itu, tersebar hampir di semua pemerintah kabupaten di wilayah pegunungan Papua.
"Di satu kabupaten itu ada yang dua orang, ada tiga dan khusus di Kabupaten Jayawijaya sendiri hampir ada 11 orang. Kita bersyukur kepada Tuhan. Ini menjadi bukti kepada masyarakat bahwa mereka tidak perluh khawatir memberikan kepercayaan anak-anaknya belajar di STIMIK Agamua Wamena karena kami siap mendidik mereka untuk punya daya saing," katanya.
Marthen mengatakan walau seleksi secara daring merupakan yang pertama di wilayah pegunungan tengah Papua, bahkan dengan standar nilai tertinggi namun lulusan STIMIK mampu membuktikan diri.
Ia mengharapkan masyarakat tidak khawatir memberikan kepercayaan kepada STIMIK dalam membina anak-anak mereka untuk mengejar masa depan.
"Mau kuliah di kampus besar atau di luar negeri juga, kembali pada akhirnya orang ingin bekerja semua. Jadi biar kuliah di lokal di Wamena tetapi punya daya saing seperti yang dilakukan oleh adik-adik saya, dan sudah terserap dalam dunia kerja," katanya.
Ia menambahkan bahwa dengan pencapaian-pencapaian yang sudah dilakukan, Pemerintah Jayawijaya memercayakan sebanyak 42 orang ASN melalui kelas khusus untuk belajar di STIMIK Agamua Wamena.
"Ini luar biasa karena belum pernah ada kampus di Wamena ini yang mendapat kelas pemda seperti itu, dan kita yang pertama pemerintah memberikan kepercayaan," katanya.
Satu satu pegawai pemerintah itu mengatakan selama ini ada masyarakat asli Papua yang memiliki jabatan tinggi di pemerintahan namun tidak paham terkait ilmu komputer sehingga pihaknya membuka kelas khusus pemda.
"Kelas ini khusus anak-anak pribumi/Papua supaya mereka bisa bekerja karena kita lihat di kantorkan anak-anak pribumi kita kalah. Golongan, pangkat tinggi tetapi tidak bisa kerja ini (komputer/iptek) jadi orang lain yang kerja," katanya.