Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Federasi Rusia menegaskan kesiapan untuk menjalin kerja sama penyediaan vaksin dengan Indonesia, dalam upaya menangani penyebaran virus corona jenis baru atau COVID-19.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva, mengatakan dalam gelaran taklimat media di Jakarta, Rabu, bahwa ada tiga bakal vaksin yang tengah dikembangkan di negaranya saat ini, salah satunya yakni vaksin Sputnik V yang tengah berada di tahap ketiga uji klinis.
Pemerintah Rusia, yang berencana untuk melakukan vaksinasi besar-besaran terhadap populasi setempat pada akhir tahun ini, berharap agar vaksin Sputnik V juga dapat digunakan untuk melawan COVID-19 di negara-negara mitra.
“Saya ingin menegaskan kembali bahwa Rusiasiap untuk bekerjasama dengan Indonesia dalam area produksi dan distribusi vaksin,” kata Dubes Vorobieva.
Dia juga menyebut bahwa pemerintahnya mendukung sikap Indonesia yang meyakini bahwa semua negara, baik kecil maupun besar, perlu mendapatkan akses yang setara terhadap vaksin COVID-19.
“Kami juga siap untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam aspek ini. Semua proposal telah kami berikan kepada otoritas terkait di Indonesia, dan sejumlah perusahaan juga telah menunjukkan ketertarikan. Konsultasi dan diskusi tengah berjalaan saat ini,” paparnya.
Dubes Vorobieva tidak menyebutkan secara detil terkait perusahaan Tanah Air yang kemungkinan berpotensi menjalin kerja sama dengan pihaknya, namun dia mengatakan bahwa hingga saat ini, pihak Rusia masih menunggu respon resmi dari pemerintah Indonesia melalui kementerian-kementerian terkait.
Vaksin Sputnik V garapan Institut Gamaleya tengah melewati uji klinis tahap ketiga yang melibatkan 40.000 orang dari Rusia dan beberapa negara lain seperti Brazil, India, dan Belarus.
Vorobieva juga mengatakan bahwa dua bakal vaksin lainnya juga tengah diuji klinis, vaksin Vektor di tahap dua, serta EpiVac dalam tahap pertama.
Sebagai informasi, Indonesia telah menjalin kerja sama dengan sejumlah negara terkait pengembangan dan distribusi vaksin COVID-19, termasuk China, Korea Selatan, Inggris, dan Uni Emirat Arab.