Surabaya (ANTARA) - Warga Dusun Kebondeli Utara, Lumajang, Jawa Timur terpaksa memanen buah salak di perkebunan meski sebagian wilayahnya diterjang abu material akibat awan panas guguran Gunung Semeru.
“Sebenarnya belum waktunya panen, karena belum lama ditanam. Tapi, saya lihat sudah ada sebagian, jadi dipanen saja daripada rusak terkena abu,” ujar Ngatiran, pemilik kebun salak di Dusun Kebondeli Utara, Kecamatan Candipuro, Selasa.
Ia mengaku memiliki sekitar 100-an pohon jenis salak pondoh, namun saat peristiwa meningkatnya aktivitas Semeru pada Sabtu (4/12), tidak ada satu pohon pun yang hidup.
Selain itu, Ngatiran juga memiliki area sawah tidak jauh dari Kampung Renteng, yang lokasinya hanya beberapa puluh meter dari kediamannya.
“Ternak saya sapi ada satu ekor. Alhamdulillah selamat dan sekarang sudah saya bawa ke tempat aman,” ucap dia.
Saat memanen salak, Ngatiran dibantu sejumlah warga lainnya dan selanjutnya akan dibawa ke lokasi pengungsian untuk dinikmati bersama pengungsi lainnya.
“Kalau dijual ya sama saja tidak seberapa, karena hanya sedikit. Ini nanti saya bawa ke pengungsian untuk dimakan bersama warga lainnya,” kata Ngatiran.
Pada Sabtu sore terjadi peningkatan aktivitas Gunung Semeru yang mengeluarkan awan panas dan berdampak pada daerah di sekitar gunung setinggi 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl) tersebut.
Ratusan warga terpaksa harus mengungsi ke berbagai tempat aman untuk menghindari awan panas di gunung api tertinggi di Pulau Jawa itu.