Sentani (ANTARA) - Sanggar Seni Budaya Reymay Jayapura dan Universitas Ottow Geissler Papua berkolaborasi dalam menjaga kesenian noken, dengan menggelar pameran noken hasil rajutan.
Ketua Sanggar Seni Reymay Jayapura Marshall Suebu di Sentani Selasa mengatakan, pelestarian noken sebagai warisan budaya tak benda yang sudah diakui UNESCO itu membutuhkan dukungan dan komitmen semua pihak.
“Indonesia sebagai negara berhak memiliki kewajiban untuk melaporkan upaya pelestarian noken setiap empat tahun sekali kepada UNESCO,” katanya.
Menurutnya, laporan mencakup sosialisasi dari para perajin kepada generasi penerus, pembuatan bahan ajar, dan pelestarian bahan baku serta harus ada pembinaan yang konsisten, termasuk penyediaan sanggar-sanggar.
“Pelestarian noken tidak hanya soal mempertahankan bentuk fisiknya, tetapi juga menjaga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya,” ujarnya.
Dia menjelaskan pula, kegiatan tersebut bertujuan untuk melestarikan budaya noken sekaligus mengembangkan industri kreatif berbasis tradisi Papua.
“Noken dikenal dunia bukan hanya karena fisiknya, tetapi juga karena nilai-nilai filosofis, kearifan lokal, dan pengetahuan yang terkandung di dalamnya,” katanya.
Dia menambahkan, Sanggar Seni Reymay telah mengadakan berbagai kegiatan, termasuk lokakarya yang melibatkan 200 pelajar dan mahasiswa, di mana para peserta diajarkan keterampilan merajut noken serta nilai-nilai budaya yang menyertainya.
“Hasil rajutan mereka kini dipamerkan kepada masyarakat sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras dan semangat melestarikan budaya,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XXII Desy Polla Usmany mengajak generasi muda Papua untuk terus menggunakan dan memproduksi noken sebagai upaya menjaga keberlanjutan warisan budaya tak benda yang telah diakui UNESCO.
“Generasi muda harus selalu menggunakan noken dan kalau perlu terus produktif dalam merajut noken agar warisan tak benda ini tidak dicabut oleh UNESCO,” katanya.
Desy menuturkan, pengakuan UNESCO terhadap noken sebagai warisan budaya tak benda membawa tanggung jawab besar bagi masyarakat Papua, terutama generasi muda, untuk menjaga eksistensinya.
“UNESCO memberikan pengakuan, tetapi juga menetapkan tanggung jawab, jika noken tidak dirawat dan dilestarikan, status pengakuan itu bisa dicabut,” katanya.
Pameran tersebut melibatkan 10 sekolah dan dua universitas di Kota Jayapura dengan tema Merajut noken adalah merajut persaudaraan, perdamaian dan cinta kasih dalam mengejawantahkan budaya noken dari timur Papua serta memajukan industri kreatif milenial Papua yang berbasis budaya.