Jayapura (ANTARA) - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua menyebutkan lukisan kulit kayu khas Sentani Timur diakui sebagai produk budaya yang memiliki nilai ekonomi tinggi, karena menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat setempat.
Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jayapura Fred Modouw di Sentani, Rabu, mengatakan lukisan kulit kayu merupakan salah satu seni tradisional yang memiliki potensi besar di pasar seni dan pariwisata.
"Lukisan kulit kayu tidak hanya memiliki nilai seni tinggi, tetapi dapat menjadi produk yang diminati wisatawan dan kolektor seni, melalui strategi pemasaran yang tepat, ini dapat menjadi sumber ekonomi seniman dan masyarakat adat," katanya.
Menurut Fred, lukisan kulit kayu juga ikut diperkenalkan melalui pameran seni, festival budaya serta ikut dipajang pada beberapa galeri seni dan pusat oleh-oleh.
"Pemerintah terus mendorong pelestarian lukisan kulit kayu agar tidak punah dengan menjadikan lukisan kulit kayu sebagai warisan budaya tak benda yang mendapatkan pengakuan resmi dan pelindungan hukum," ujarnya.
Perajin lukisan kulit kayu Natalis Ohee menjelaskan bahwa minat wisatawan mancanegara terhadap karya seni ini sangat tinggi, tetapi juga wisatawan domestik.
"Banyak turis mancanegara yang datang ke Kampung Asei, Distrik Sentani Timur sebagai basis dari seni lukisan kulit kayu, dan mereka sangat tertarik dengan motif khas yang kami buat," katanya.
Dia menambahkan dalam sekali kunjungan para turis ke kampungnya, maka dirinya dapat mengantongi uang sekitar Rp500 ribu hingga Rp2 juta, jika kunjungan turis ramai dalam sebulan maka akan semakin banyak rupiah yang peroleh.
"Kami sudah melukis di atas kulit kayu sejak kecil, ini jati diri kami, ini jiwa dan darah kami, dan dari sinilah kami dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dan generasi yang sukses dari kampung ini juga bagian dari anak-anak seniman kulit kayu," ujarnya.