Biak sebuah pulau kecil di atas "kepala burung" pulau Papua yang selama ini sudah memiliki daya tarik wisata, kini diarahkan untuk menjadi pintu masuk pariwisata di pulau berjuluk Cenderawasih atau burung surga itu.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Angkasa Pura 1 (Persero) sebagai pihak yang mengelola bandara Frans Kaisiepo memberikan komitmen kepada pemerintah daerah Kabupaten Biak Numfor untuk menyiapkan bandara tersebut sebagai pintu masuk destinasi wisata ke wilayah Provinsi Papua.
Jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara ke 29 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Papua pada tahun 2018 ditargetkan sebanyak 1,3 juta orang.
Target tersebut optimis dapat tercapai mengingat Provinsi Papua memiliki budaya dan alam
yang indah serta sisa peninggalan perang dunia II yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik pariwisata daerah, seperti disebutkan oleh staf khusus Menteri Pariwisata Bidang Infrastruktur Judi Rifajantoro.
Melalui sinergi PT Angkasa Pura 1 (Persero) dengan Pemkab Biak Numfor,
jajaran Kementerian Pariwisata mendukung peningkatan fasilitas bandara Frans Kaisiepo di Biak sebagai pintu masuk pariwisata ke wilayah Papua.
"Keterlibatan nyata BUMN tidak hanya dalam upaya memperkuat sencana ini dari sisi usaha saja, tapi juga dalam bidang sosial untuk membantu pemerintah daerah dan masyarakat mengembangkan dirinya," ungkap Judi Rifanjantoro.
Program kolaborasi pengembangan daerah tujuan (wisata) "Collaborative Destination Development (CDD)" yang digagas PT Angkasa Pura 1 itu menurutnya akan mampu mendukung program pemerintah kabupaten Biak Numfor di bidang pembangunan pariwisata.
Kolaborasi tersebut akan melibatkan pihak pengelola bandara, maskapai penerbangan, agen perjalanan dan pariwisata, serta pemerintah daerah Provinsi Papua.
Judi Rifanjantoro pun mengingatkan bahwa untuk mengembangkan pariwisata harus memperhatikan 3 A, yakni atraksi wisata, akses sarana penunjang infrastruktur serta Amenitas terutama yang langsung berkaitan dengan pariwisata unggulan di daerah setempat.
Selain itu program CDD di selenggarakan untuk mendukung peningkatan investasi baru yang terkait dengan industri pariwisata serta mendukung tumbuhnya minat berwisata ke Provinsi paling Timur di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
"Kementerian Pariwisata senantiasa mendorong kabupaten/kota dalam mengembangkan produk wisata unggulan secara terprogram dan terjadwal sehingga menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Papua melalui bandara Frans Kaisiepo Biak," tambahnya.
Untuk wilayah bandara Frans Kaisiepo Biak telah menlaksanakan kegiatan CCD kedua di tahun 2018.
"Semua masukan, informasi dan hambatan yang ditemukan dalam mengembangkan pariwisata Biak sebagai pintu masuk pariwisata Papua menjadi kajian bersama AP 1, Pemkab Biak serta pemangku kepentingan yang lain," kata Devi Suradji Direktur Pemasaran dan Pelayanan Angkasa Pura 1.
Beberapa wilayah
Program CDD dilaksanakan di bandara Frans Kaisiepo Biak, menurut Devy Suradji, diharapkan mampu mendukung pertumbuhan baru pariwisata daerah.
CDD juga akan digulirkan di kota dan daerah lain seperti Lombok, Makassar, Kalimantan, Kupang, Manado, Ambon.
"Program CDD ini sangat ideal bagi pengembangan pariwisata daerah. Tahapan pelaksanaan dan sasaran yang dituju sangat jelas dan terukur," ungkap Devy Suradji.
Ada tiga tahap program CDD yang disiapkan oleh AP I. Program ini dimulai dengan penguatan kesadaran akan industri pariwisata.
Langkah berikutnya mengumpulkan para pemangku pihak untuk melakukan penguatan partisipasi kerja bersama dan terakhir melakukan strategi penjualan disertai evaluasi.
Mendukung aksi itu, AP I sudah menyiapkan formulasi kampanye pemasaran terpadu untuk pengembangan pariwisata Biak Numfor.
"Sinergi antarelemen harus dikuatkan. Event-event tersebut harus dioptimalkan dan didayagunakan. Tujuannya, untuk mengangkat semua potensi pariwisata yang dimiliki daerah. Dengan begitu, jumlah kunjungan wisman akan terus tumbuh," ujar Devy.
Potensi wisata
Pelaksana harian Bupati Kabupaten Biak Numfor Markus Oktovianus Mansnembra menyampaikan pernyataan terima kasih atas kepedulian nyata yang diperlihatkan PT Angkasa Pura 1 untuk mengembangkan sektor pariwisata di Papua melalui penambahan fasilitas di bandara Frans Kaisiepo sebagai pintu masuk ke Papua.
Markus menyebut di era 1980-an bandara Frans Kaisiepo Biak pernah melayani penerbangan Internasional dengan rute Los Anggeles-Honolulu-Biak.
"Saat operasional penerbangan Internasional dibuka di bandara Frans Kaisiepo itu, pulau Biak banyak mendapat kunjungan wisatawan, namun ketika akses rute luar negeri ditutup akibat krisis moneter Biak kehilangan pendapatan sektor pariwisata," katanya.
Markus berharap adanya komitmen dari PT. Angkasa Pura 1 yang melakukan kerjasama dengan pemkab Biak Numfor untuk mendorong peningkatan destinasi kunjungan wisata ke kabupaten Biak Numfor dapat memberikan angin segar bagi pengembangan industri pariwisata di tanah Papua khususnya pulau Biak.
Potensi alam yang dimiliki Biak, menurut Markus Mansnembra, dapat memikat pengunjung, misalnya keindahan kepulauan Padaido/Aimando yang juga memiliki tempat-tempat selam dengan keindahan alam bawah lautnya.
"Taman laut Padaido dengan keindahan alam di sekitarnya menjadi tempat yang menyenangkan bagi wisatawan yang hobi melakukan selam (diving), panorama alamnya mempunyai kesamaan dengan Kabupaten Raja Ampat," ungkap Markus Mansnembra.
Keragaman objek wisata lain dimiliki Biak, menurut Markus Mansenmbra, seperti keindahan berbagai pantai di pulau Biak serta kekayaan seni budaya khas orang asli Biak.
Oobjek wisata sejarah berupa peninggalan sisa perang dunia II yang masih dijumpai di kabupaten Biak Numfor, menurut Plh Bupati Markus Mansembra, menjadi daya tarik wisatawan dalam mengunjungi pulau Biak sebagai pintu masuk destnasi wisata di tanah Papua.
"Pemkab Biak Numfor mendorong BUMN lain juga harus berperan nyata seperti halnya diperlihatkan PT Ankasa Pura 1 karena melakukan kerjasama dengan pemkab mendorong pengembangan pariwisata Biak," harap Plh Bupati Markus Oktovianus Mansnembra.
Tiga jenis potensi wisata yang ada di Kabupaten Biak Numfor meliputi wisata alam, wisata budaya dan wisata peninggalan perang dunia II dapat dijual apalagi dengan didukung perkembangan lalu lintas penerbangan di Bandara Frans Kaisiepo yang terus meningkat.
Peningkatan arus pengunjung domestik dan internasional di bandara Frans Kaiseipo Biak tahun 2017 tercatat 435.861 penumpang atau meningkat 6,7 persen dibanding tahun 2016.
Bandar Udara Frans Kaisiepo (BIK) di Kabupaten Biak Numfor memiliki landasan pacu (runway) sepanjang 3.517 meter.
Landasan pacu berpermukaan aspal ini cukup untuk menerima pendaratan pesawat berbadan lebar sekelas Boeing 747-400 hingga Airbus dan pesawat angkut kargo.
Bandara tersebut dibangun pada masa Perang Dunia II tahun 1940-an ketika itu dinamai Bandara Mokmer. Kemudian setelah masa kemerdekaan Indonesia dinamai Bandara Biak. Pada era tahun 1980-an diubah lagi sesuai dengan nama pahlawan nasional kelahiran Wardo, Biak Barat dan mantan Gubernur Papua 1964-1973, Frans Kaisiepo. (*)
Menjadikan Biak sebagai pintu masuk pariwisata Papua
Kementerian Pariwisata senantiasa mendorong kabupaten/kota dalam mengembangkan produk wisata unggulan secara terprogram dan terjadwal sehingga menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Papua melalui bandara Frans Kaisiepo Biak