Jakarta (ANTARA) - Siklon tropis Ferdinand tidak akan mendekati Indonesia karena sifat siklon tropis yang bergerak menjauhi garis katulistiwa, kata Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) A. Fachri Radjab.
"Jadi kalau ada yang mengatakan siklon tropis Ferdinand akan masuk ke Indonesia itu tidak benar. Yang terjadi di Indonesia saat ini hanya dampak tidak langsungnya saja," kata dia di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan siklon tropis memiliki periode hidup paling lama hanya dua minggu. Siklon tropis Ferdinand muncul pada Senin (24/2), pukul 07.00 WIB di perairan barat Australia dan bergerak ke barat daya dan diperkirakan akan punah pada Kamis (27/2), pukul 19.00 WIB.
Meskipun tidak akan masuk Indonesia, katanya, pergerakan siklon tropis Ferdinand membawa dampak tidak langsung ke Indonesia, yaitu menyebabkan daerah pertemuan angin.
"Daerah pertemuan angin itu menyebabkan penumpukan awan yang berdampak pada peningkatan curah hujan di Indonesia," tuturnya.
Namun, Fachri mengatakan curah hujan yang tinggi di Indonesia, terutama di wilayah Pulau Jawa, bukan hanya disebabkan faktor siklon tropis Ferdinand, melainkan juga karena musim hujan.
"Saat ini, seluruh wilayah Indonesia sudah masuk musim penghujan. Untuk Jabodetabek dan Pulau Jawa pada umumnya, saat ini sedang puncak musim penghujan," katanya.
Oleh karena itu, katanya, peluang terjadi hujan lebat hingga sangat lebat sebagai hal yang besar terjadi di Jabodetabek dan Pulau Jawa, hingga musim hujan berakhir yang diperkirakan terjadi pada akhir April 2020.
Meskipun curah hujan diperkirakan masih tinggi, BMKG memperkirakan hujan yang menyebabkan banjir di Jabodetabek pada 1 Januari 2020, akan tetap menjadi curah hujan tertinggi hingga akhir musim hujan.
"Curah hujan tertinggi saat terjadi banjir Jabodetabek, Rabu (25/2) lalu, hanya 278 milimeter, sedangkan curah hujan tertinggi pada 1 Januari 2020 mencapai 337 milimeter," katanya.