"Jangan darah dibalas dengan darah, karena itu tidak akan menyelesaikan permasalahan yang terjadi di beberapa daerah di Papua," katanya di Jayapura, Sabtu.
"Bila perlu anggota TNI-Polri yang bertugas di Papua menerapkan falsafah atau tradisi lelaki Jawa yang menyimpan senjatanya (keris) di belakang yang akan digunakan hanya bila situasi dianggap genting, " tambahnya.
Diakuinya bahwa para pimpinan agama saat ini mengapresiasi keputusan Presiden dan petinggi TNI-Polri yang menyerahkan tanggung jawab keamanan sepenuhnya kepada Kapolda Papua dan Pangdam XVII Cenderawasih.
Karena itu pihaknya berharap agar personel TNI-Polri yang saat ini bertugas di Papua diberdayakan sepenuhnya karena mereka lebih memahami budaya masyarakat.
Sebaliknya, kata dia, bagi personel yang berasal dari luar Papua, yang tidak mengerti budaya, terkadang terjadi kesalahpahaman bila melihat warga membawa panah dan senjata tradisional lainnya.
Ketua FKUB Papua itu juga mengapresiasi respon cepat Polri dalam mengungkap jaringan teroris di Merauke.
Karena itu diharapkan masyarakat membantu dengan melaporkan bila ada yang mencurigakan di sekitar lingkungannya, demikian Lipius Biniluk.