Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi akan membangkitkan lagi sekolah-sekolah adat bersama EcoNusa di Papua Barat sebagai upaya pemajuan kebudayaan di Tanah Air.
"Yang jadi perhatian bersama yaitu penguatan sumber daya manusia. Dengan pengembalian tanah ke masyarakat, nah ini perlu juga kesiapan masyarakat untuk memanfaatkan dan mengembangkan potensi yang sudah ada dan berakar berbasis kebudayaan," kata Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Sjamsul Hadi di acara Outlook EcoNusa 2022 secara hybrid yang diikuti di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, ada beberapa hal yang menjadi perhatian Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan dalam upaya pemajuan kebudayaan, yakni berkaitan dengan pengetahuan tradisional, ekspresi budaya tradisional, adat istiadat, ritus, tradisi lisan, seni budaya, bahasa, permainan rakyat dan olahraga tradisional.
Ditjen Kebudayaan mengapresiasi upaya Bupati Sorong Johny Kamaru yang memberikan keberpihakan untuk kebudayaan, khususnya untuk masyarakat adat. Bersama Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Nadiem Makarim, ia mengatakan sudah mengunjungi Malaumkarta yang menjadi rumah masyarakat adat Moi di Kabupaten Sorong, Papua Barat, dan melihat ada beberapa hal yang memang perlu mendapatkan perhatian bersama.
"Semoga kita bisa hadir tahun ini dan tahun depan mendorong sekolah adat dan juga pemanfaatan hasil hutan yang ada di kawasan Malaumkarta," ujar dia.
Sjamsul juga mengapresiasi upaya Bupati Sorong mencabut sejumlah izin perusahaan yang belum memanfaatkan lahannya secara optimal dan mengembalikannya untuk dikelola masyarakat. Yang kemudian menjadi perhatian bersama yaitu penguatan sumber daya sehingga masyarakat siap memanfaatkan potensi yang ada dan berakar berbasis kebudayaan.
Bersama EcoNusa, ia mengatakan kiranya program tersebut dapat disinergikan, tidak hanya dengan Kemendikbudristek tapi juga kementerian lainnya.
CEO Yayasan EcoNusa Bustar Maetar mengatakan akan membangkitkan kembali sekolah adat di Sorong, dan itu juga menjadi program Ditjen Kebudayaan untuk membangkitkan nilai budaya sehingga dipelajari lagi oleh anak muda, mengingat kebudayaan merupakan proses transformasi penting.
"Tanpa itu kita tidak akan hidup seperti sekarang. Maka EcoNusa membuat hastag 'Beradat jaga hutan', 'Beradat jaga laut'. Indonesia merupakan negara berbudaya dan beradat, jadi nilai adat dan budaya itu dipegang dan diwariskan untuk mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan," katanya.
Keberpihakan pada masyarakat adat yang ditunjukkan Bupati Sorong dan banyak pemimpin daerah lainnya, menurut dia, perlu terus didorong. Aksi nyata masyarakat adat merupakan strategi efektif untuk menjaga ekonomi secara berkelanjutan.