Jayapura (Antara Papua) - Deflasi atau penurunan harga barang umum terjadi di Kota Jayapura pada Agustus 2014, sementara inflasi atau kenaikan harga terjadi di Kota Merauke, Provinsi Papua.
"Dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Indonesia pada Agustus 2014, sebanyak 66 kota mengalami inflasi termasuk Kota Merauke, dan 16 kota mengalami deflasi termasuk Kota Jayapura," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua Didik Koesbianto, di Jayapura, Senin.
Ia mengatakan, inflasi tertinggi terjadi di Kota Bau-Bau yakni 2,87 persen, dan inflasi terendah di Kota Banjarmasin yakni 0.02 persen.
Deflasi tertinggi terjadi di Kota Ternate yakni 1,02 persen, dan deflasi terendah terjadi di Kota Samarinda yakni 0,01 persen.
Kota Merauke mengalami inflasi sebesar 0,58 persen dengan IHK sebesar 115,54, dan Kota Jayapura mengalami deflasi sebesar 0,10 persen dengan IHK sebesar 111,32.
"Kota Jayapura menempati urutan ke-72 di tingkat nasional, dan urutan ke-13 di tingkat wilayah Sumapua (Sulawesi, Maluku dan Papua)," ujar Didik.
Ia mengatakan, laju inflasi bulanan Kota Jayapura sebesar -0,10 persen (deflasi), lebih kecil dibanding laju inflasi nasional sebesar 0,47 persen (inflasi).
Untuk laju inflasi tahun kalender (Agustus 2014 terhadap Desember 2013) Kota Jayapura tercatat sebesar 1,11 persen, lebih kecil dibanding laju inflasi tahun kalender nasional yakni 3,42 persen.
"Untuk laju inflasi year on year (yoy) pada Agustus 2014 terhadap Desember 2013 Kota Jayapura sebesar 2,59 persen, atau lebih kecil dibanding nasional yakni sebesar 3,99 persen," ujar Didik.
Menurut dia, deflasi di Kota Jayapura pada Agustus 2014 terjadi karena adanya penurunan harga barang dan jasa yang ditunjukkan oleh penurunan indeks pada kelompok pengeluaran, yakni bahan makanan sebesar -1,90 persen, dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar -0,33 persen.
Sedangkan kelompok yang mengalami kenaikan angka indeks yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok, tembakau, yang tercatat sebesar 0,77 persen, dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar tercatat sebesar 1,18 persen, serta kelompok sandang 0,28 persen, kelompok kesehatan 0,32 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,20 persen.
Lebih jelasnya, kata Didik, penurunan harga yang cukup signifikan dan mendorong terjadinya deflasi pada Agustus 2014 antara lain pada komoditi ikan ekor kuning, angkutan udara, cabai merah, bawang merah, ikan cakalang/sisik, daging ayam ras, telur ayam ras, ikan mujair, dan komoditi lainnya termasuk kelompok bahan makanan lainnya.
Sedangkan kelompok komoditi yang mengalami kenaikan harga antara lain tarif listrik, cabai rawit, ikan teri, kontrak rumah, nasi dengan lauk, pepaya, kangkung, sawi hijau, dan komoditi lainnya.
"Demikian hasil pemantauan BPS Provinsi Papua dengan menggunakan penghitungan dan tahun dasar baru yakni tahun 2012 (2012=200)," ujar Didik. (*)
Berita Terkait
BPS: Perekonomian Papua triwulan I-2024 tumbuh 17,49 persen
Senin, 6 Mei 2024 21:20
Pemprov Papua pantau perkembangan harga cabai menjaga inflasi
Sabtu, 4 Mei 2024 2:00
Pj Gubernur Papua: Pendataan Podes dan K3 dorong pembangunan desa mandiri
Kamis, 2 Mei 2024 19:57
BPS Mimika canangkan zona integritas menuju WBK dan WBBM
Kamis, 2 Mei 2024 17:35
Pemkab Biak bersama BPS lakukan pengawasan harga bahan pokok
Sabtu, 13 April 2024 12:31
Pemprov Papua menjajaki daerah surplus bawang putih
Rabu, 3 April 2024 17:33
Pemkab Jayapura data ulang pelaku UMKM OAP di 139 kampung
Rabu, 13 Maret 2024 0:52
Pemkab Biak Numfor-BPS sajikan satu valid untuk pembangunan daerah
Rabu, 6 Maret 2024 17:10