Timika (ANTARA) - Sekolah-sekolah di Kota Timika, Papua mengharapkan dukungan dan kerja sama para orang tua dalam mengawasi anak-anak mereka yang akan mengikuti Ujian Nasional jenjang SMP pada 23 April-26 April mendatang.
Kepala SMP YPPK Santo Bernadus Timika Saur Simbolon di Timika, Senin, mengatakan penyelenggaraan UN jenjang SMP tahun ini yang berdekatan dengan agenda pemilu dengan segala kemeriahannya bisa memengaruhi persiapan siswa.
Apalagi, katanya, dalam setiap kegiatan kampanye pemilu yang dilaksanakan oleh partai politik maupun para calon legislatif ditemukan banyak anak belum cukup umur mengikuti pesta demokrasi itu.
"Saya kira kondisi ini bisa sangat berpengaruh kepada anak-anak. Kita lihat saja setiap ada kampanye, ada banyak anak-anak di bawah umur yang ikut meramaikan kegiatan itu. Tidak tertutup kemungkinan ada di antara anak-anak yang ikut kegiatan kampanye pemilu itu justru sedang mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional," kata dia.
Menghadapi situasi demikian, Saur memandang pentingnya peran orang tua untuk mengawasi putra-putri mereka terkait dengan kegiatan belajar mereka di rumah dalam menghadapi UN.
"Sekolah tidak tahu situasi di rumah siswa masing-masing. Apakah orang tua memberikan kebebasan sebebas-bebasnya kepada anak-anak mereka. Itu kembali kepada orang tua masing-masing. Ingat, waktu pelaksanaan UN jenjang SMP tidak sampai dua minggu lagi. Kalau mengharapkan anak-anak bisa memperoleh hasil yang memuaskan, tidak hanya sekadar lulus ujian, maka butuh keterlibatan orang tua untuk membimbing dan mengarahkan anak-anak mereka di luar jam sekolah," katanya.
Tahun ini, untuk pertama kalinya SMP YPPK Santo Bernadus Timika menggelar Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK).
Sekolah itu awalnya menyiapkan 82 komputer untuk digunakan 295 peserta saat mengikuti UN pada 23 April-26 April 2019.
Namun, pada sebulan lalu, sekelompok kawanan pencuri menggasak 15 komputer milik SMP YPPK Santo Bernadus Timika.
"Ini menjadi pergumulan kami, bagaimana nanti tanggal 23 April-26 April anak-anak bisa mengikuti UNBK tanpa ada kekurangan fasilitas komputer. Kekurangannya apakah kami harus pinjam dari siswa ataukah harus meminjam dari sekolah lain. Yang jelas, kami melaksanakan UNBK dalam tiga sesi, di mana setiap sesi minimal harus ada 89 unit komputer yang siap digunakan oleh peserta," kata Simbolon.
Menurut dia, persiapan siswa menghadapi UNBK sudah cukup maksimal melalui dua kali simulasi dan sekali geladi. Pihak sekolah juga memberikan tambahan jam pelajaran khusus untuk empat materi pelajaran UN, yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggir, IPA, dan Matematika.
Kekurangan sarana dan prasarana pendukung UNBK juga dirasakan oleh SMP Negeri 2 Mimika selaku satu-satunya sekolah rujukan jenjang SMP di Kabupaten Mimika.
Kepala SMP Negeri 2 Mimika Tania Sihombing mengatakan sekolahnya memiliki 408 peserta UN, sedangkan komputer yang tersedia 165 unit. Sekolah itu akan melaksanakan UNBK dengan dua sesi, di mana setiap sesi dibutuhkan 204 komputer.
"Kekurangan fasilitas komputer SMP Negeri 2 Mimika dipenuhi oleh SMP Negeri 5. Kami akan melaksanakan UNBK dalam dua sesi, sementara sesi ketiga akan dipakai oleh SMP Negeri 5 Mimika dengan jumlah peserta ujian sebanyak 176 siswa," katanya.
SMP Negeri 2 Mimika juga mengalami kasus kecurian komputer tujuh unit, beberapa pekan lalu.
Tania mengaku tidak mengkhawatirkan penyelenggaraan pemilu yang berdekatan waktunya dengan UN tingkat SMP.
"Kalau pemilu itu agenda nasional yang wajib kita semua sukseskan. Kami tidak khawatir anak-anak terganggu persiapannya karena memang tidak ada anak-anak SMP Negeri 2 Mimika yang sudah bisa mengikuti pemilu kali ini," katanya.
Sesuai data Dinas Pendidikan Dasar dan Kebudayaan Mimika, tahun ini terdapat 25 SMP di Mimika menggelar UNBK.