Jakarta (ANTARA) - Masker kain menjadi alternatif yang bisa digunakan bagi masyarakat dan bisa berulangkali dipakai dengan catatan harus dicuci dengan deterjen dan dibasuh oleh air hangat sebagai upaya pencegahan tertular dari virus, ujar Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan, Erlina Burhan
"Keuntungannya masker (kain) ini bisa dipakai berulang, tapi perlu dicuci oleh deterjen dan bila perlu air panas," ujar dr Erlina dalam konferensi pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Rabu.
Menurut dia, masker kain menjadi alternatif lain yang diperuntukkan bagi masyarakat sehat apabila masker bedah langka di pasaran.
Pasalnya, masker kain ini memiliki tingkat perlindungan bagi partikel droplet ukuran tiga mikron sebanyak 10 sampai 60 persen meski tidak seefektif masker bedah maupun N95.
Selain itu, bagi masyarakat yang memiliki gejala COVID-19 bisa menggunakan masker ini untuk mencegah droplet maupun partikel yang menjadi airbone, agar tidak menularkan ke orang lain, tentu saja apabila tidak mendapatkan masker bedah.
"Kemudian penggunaan masker kain, bila keadaan terpaksa bisa dipakai tapi memang tidak seefektif masker bedah. Masker kain ini adalah pilihan yang terakhir," kata dia.
Di samping itu, masker kain bisa dibuat dengan mudah di rumah. Terpenting adalah menggunakan kain yang nyaman dipakai, desainnya bisa dimasuki tisu, dan bisa menahan percikan droplet.
Penggunaan masker kain ini juga tengah gencar disosialisasikan sebagai pilihan terakhir jika tak ada masker bedah oleh sejumlah gubernur. Sebut saja Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang menyosialisasikan alternatif masker kain lewat akun Instragram pribadinya.
Alasan mereka logis, karena sebagai upaya memutus rantai pemborongan masker bedah dan N95 di masyarakat. Kondisi ini membuat masker yang harusnya digunakan oleh tenaga medis dan orang sakit menjadi langka.
Menurut Erlina, yang paling berbahaya dari kelangkaan masker bedah itu yakni orang sakit tidak mendapat akses mendapatkannya sehingga terus menjadi sumber penularan.
"Kalau orang sehat memborong dan memakai (masker bedah) maka ketersediaan masker ini tidak ada lagi bagi tenaga kesehatan maupun orang sakit, dan ini berbahaya kalau orang sakit tidak ada akses terhadap masker bisa jadi orang sakit ini jadi sumber penularan kita semua," kata dia.
Berita Terkait
Jubir Gugus Tugas : Sudah ada pasien HIV/AIDS di Papua terjangkit COVID-19
Rabu, 6 Mei 2020 13:23
Tidak ada pasien di Sulsel yang murni meninggal dunia karena COVID-19
Senin, 6 April 2020 4:09
Mensos Juliari: Rp405 triliun untuk penanganan COVID-19 bentuk negara hadir
Kamis, 2 April 2020 15:27
Dokter spesialis paru ingatkan cara melepaskan masker bedah secara tepat
Rabu, 1 April 2020 11:29
Pakar Gugus Tugas: BPOM telah keluarkan edaran cara membuat penyanitasi tangan
Senin, 30 Maret 2020 10:57
1.808 orang mendaftar sebagai relawan medis penanganan COVID-19
Minggu, 29 Maret 2020 15:02
Satgas COVID-19: Warga Papua jaga kesehatan setelah pencabutan wajib masker
Senin, 12 Juni 2023 12:16
Pemkot Jayapura tetap waspadai kasus COVID-19
Jumat, 20 Mei 2022 3:11