Jayapura (ANTARA) - Dinas Kesehatan Provinsi Papua mencatat sebanyak 21.621 balita yang ditimbang dan diukur di 28 kabupaten dan satu kota di wilayah Timur Negara Kesatuan Republik Indonesia sebanyak 4.372 balita atau sekitar 20,2 persen di antaranya mengalami kasus stunting.
"Stunting itu kan bagaimana menentukan seorang balita yang status gizinya berdasarkan tinggi badan menurut umur. Dia kalau tinggi badan menurut umur itu kurang dari minus dua standar deviasi, nah itu berarti dia pendek. Kalau kurang dari minus tiga standar deviasi berarti sangat pendek. Nah, itu yang disebut stunting," kata Pelaksana Tugas Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Papua, drg. Christina Siregar di Jayapura, Selasa.
Christina menyebutkan, upaya yang dilakukan adalah pendataan pada bulan timbang pada Februari 2020 itu diukur semua balita yang ada di wilayah kerja puskesmas dan di posyandu masing-masing untuk diukur tinggi badan dan umurnya.
"Dan hasil yang kita dapatkan dari 28 kabupaten dan satu kota itu, sebanyak 21.621 balita dan yang stunting dari jumlah itu, ada 4.372 balita jadi sekitar 20,2 persen," ujarnya.
Hanya saja, menurut dia, ada sekitar delapan kabupaten yang tidak melakukan kegiatan pengukuran atau mungkin melakukan tetapi tidak menginputnya ke aplikasi pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat.
Delapan kabupaten itu, sebut Christina, di antaranya Kabupaten Yahukimo, Pegunungan Bintang, Mamberamo Raya, Nduga, Lanny Jaya, Dogiyai, Intan Jaya dan Deiyai.
"Kami mempunyai satu aplikasi pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat, kalau sudah diukur, diinput kedalam aplikasi itu. Nah, dari situ nanti diketahui berapa sih yang diukur berapa yang stunting," katanya.
Selama pandemi COVID-19, kata dia, instruksi dari pemerintah agar seluruh aktivitas dihentikan, tidak mengumpulkan orang sehingga kegiatan posyandu sempat terhenti. Tetapi ada yang jalan,tergantung zonanya, kalau zona hijau bisa dilakukan.
"Akan tetapi kalau zona merah berarti tidak bisa dilakukan, tetapi ada kunjungan rumah atau janjian bertemu. Jadi, gunanya untuk memantau tumbuh kembang kan bagus supaya kita tahu balita kita ini tumbuh sesuai garis pertumbuhan. Jadi, kalau dipantau grafiknya menurun atau tetap naik ya mungkin dikonseling,' ujarnya.
Christina mengakui, jumlah balita yang diukur sangat sedikit. Namun, kini sudah dimulai lagi dengan memperhatikan protokol kesehatan dan menerapkan perilaku hidup sehat bersih supaya tidak kena diare.
Kini, menurut dia, pada Agustus, puskemas mengukur lagi namun belum selesai dilakukan, hingga 10 Agustus ,total balita yang sudah diukur sekitar 300 balita. Sebenarnya, pada Maret sampai Juli memang ada kegiatan penimbangan namun jumlahnya tidak banyak.
"Mungkin sudah diukur banyak tetapi datanya belum diinput kedalam aplikasi, yang dinput baru 300 balita jadi belum bisa menggambarkan, masih yang belum menginput,"ungkapnya.
Kabupaten yang sudah menginput yaitu dari Kabupaten Merauke, Kabupatan Jayapura, Kabupaten Nabire, Mimika, Sarmi, dan Kota Jayapura, tetapi yang dinput masih sangat sedikit, karena belum selesai diinput, biasanya mereka mengukur dulu setelah itu baru menginput.
Selain itu, menurut dia, upaya-upaya lain yang juga dilakukan adalah strategi untuk percepatan pengurangan stunting yaitu kampanye dan komunikasi perubahan perilaku.
"Jadi, kami kampanye bagaimana untuk memperhatikan 1.000 hari pertama kehidupan, jadi mulai terjadinya kosepsi sampai balita berusia dua tahun. Kehamilan sembilan bulan, kemudian melahirkan sampai dengan anaknya dibawah dua tahun itu penting sekali untuk menjaga kesehatan, memeriksa kesehatannya, nutrisinya, gizi dan kesehatan lingkungannya,"imbuhnya.
Dia mengatakan, kampanye yang dilakukan melalui baliho, media televisi, radio sport, kemudian konseling di puskemas yang lebih pada ibu hamil untuk bagaimana memperhatikan kehamilannya melalui kelas ibu, kelas ibu balita.
Christina menjelaskan,penimbangan dan pengukuran balita itu dilakukan di setiap posyandu atau di puskesmas tiap bulan namun balita yang dibawa sangat kurang.
Pada Februari dan Agustus ini balita yang dibawah cukup banyak karena ada pembagian vitamin A. Pembagian vitamin kepada balita untuk daya tahan tubuh apalagi ditengah pandemi COVID-19.
Vitamin A itu selain untuk daya tahan mata, juga dimasa pertumbuhan balita. Masa pertumbuhan balita sangat membutuhkan vitamin A dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, dan itu dibagi di Februari dan Agustus jadi sudah pasti banyak balita yang dibawa ke posyandu.
"Kita kan melakukan pemantauan penimbangan pada Februari dan Agustus jadi bukan dijumlahkan. Pemantauan itu dilakukan untuk menentukan status gizi balita," tambah dia.