Vaksinasi atlet dan tantangan sukseskan PON XX Papua
Jakarta (ANTARA) - Bukan cuma Jepang yang tahun ini disibukkan dengan persiapan menghadapi Olimpiade Musim Panas yang harus disesuaikan dengan situasi pandemi COVID-19, Indonesia pun punya agenda besar olahraga untuk disukseskan.
Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-20 di Papua 2-15 Oktober 2021 memang tidak selevel dengan Olimpiade, namun keduanya sama-sama ajang multievent yang harus melibatkan banyak atlet dan banyak faktor, termasuk dalam memenuhi standar kesehatan di tengah wabah virus corona yang belum juga mereda.
Sama seperti Tokyo 2020 yang harus diputuskan diundur satu tahun, PON Papua 2020 pun digeser satu tahun karena wabah virus corona dan berbagai aturan pembatasan kegiatan masyarakat tidak memungkinkan menggelar acara besar ini.
Dalam hal kesiapan infrastruktur, tentunya panitia memiliki lebih banyak waktu dengan penundaan ini
Panitia PON Papua sendiri sudah menyatakan siap menggelar pesta olahraga nasional empat tahunan itu.
"Kesiapan Papua sebagai tuan rumah sudah 90 persen," kata ketua harian PB PON Yunus Wonda beberapa waktu lalu.
Kesiapan tersebut, katanya, termasuk dalam hal infrastruktur pendukung dan arena-arena yang akan dipakai.
Di tengah wabah COVID-19 di Tanah Air, panitia sudah mulai melakukan penyesuaian dalam proses persiapan, misalnya acara peresmian arena-arena yang sudah selesai dilakukan secara virtual.
Saat menetapkan penundaan satu tahun, semua orang berharap pandemi sudah berakhir dan tidak ada lagi pembatasan serta penghalang lainnya untuk kegiatan masyarakat.
Namun Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan sejumlah pakar epidemi dalam pernyataan baru-baru ini mengingatkan bahwa pandemi COVID-19 akan bertahan dalam waktu yang lama, meskipun program vaksinasi sudah mulai dilakukan di seluruh dunia.
Dari hasil studi WHO itu dipastikan pada 2021 aturan-aturan protokol kesehatan harus tetap diaplikasikan sebagai syarat diadakannya berbagai kegiatan yang mengundang kerumunan termasuk olahraga.
PON ke-20 di Papua yang mengangkat tagline "Torang Bisa" akan diikuti 6.484 atlet, ditambah dengan staf pendukung yang jumlahnya juga ribuan.
Sebanyak 37 cabang olahraga akan dipertandingkan di arena-arena yang terbagi dalam klaster Kota Jayapura, klaster Kabupaten Jayapura, klaster Mimika dan klaster Merauke.
Kegiatan yang melibatkan banyak orang dan banyak prosesi yang harus dilakukan ini juga menjadi tantangan bagi penyelenggara dalam menjadikan PON di Papua nanti itu PON yang aman di tengah pandemi.
Apalagi Provinsi Papua yang di ujung timur Indonesia memerlukan persiapan terkait jauhnya jarak yang harus ditempuh peserta, terutama jika Oktober nanti pandemi masih belum terkendali.
Vaksinasi
Dimulainya program vaksinasi Covid-10 di berbagai negara seluruh dunia, termasuk Indonesia, setidaknya menjadi salah satu pemberi optimisme kepada olahragawan.
Namun para atlet harus bersabar karena tidak serta merta mereka langsung mendapat vaksin yang produksinya masih terbatas, sementara banyak yang harus diinokulasi.
IOC sendiri tidak setuju jika atlet "melompati antrean" untuk vaksin karena prioritas utama adalah untuk tenaga kesehatan dan kaum rentan.
Sejumlah negara seperti Israel, Hongaria dan beberapa negara Eropa, telah memulai vaksinasi untuk atletnya, menyusul selesainya inokulasi kepada para tenaga kesehatannya.
Di Indonesia saat ini dalam proses penyelesaian vaksinasi massal tahap pertama untuk tenaga kesehatan dan sejumlah kalangan yang dinilai layak mendapat suntikan awal.
Ada harapan kalangan atlet akan mendapat giliran dalam waktu dekat ini melalui program vaksinasi nasional tahap dunia.
Atlet termasuk di antara profesi yang akan mendapatkan vaksin tahap 2, selain tenaga pendidik, wartawan dan pekerja transportasi, serta kelompok pekerja lainnya.
Kementerian Pemuda dan Olahraga telah membuat daftar atlet yang diprioritaskan mendapatkan vaksinasi untuk diserahkan kepada Kementerian Kesehatan.
Menpora Zainudin Amali memaklumi jika jumlah vaksin COVID-19 saat ini masih terbatas, namun dia akan berupaya agar setidaknya para atlet yang diusulkan bisa mendapat prioritas vaksinasi COVID-19 dari pemerintah.
“Jadi saya harap walaupun terbatasnya vaksin itu kami tetap bisa diprioritaskan. Hanya untuk beberapa saja, yakni yang dipersiapkan untuk ke Olimpiade atau pun ke kejuaraan-kejuaraan single event lainnya,” kata dia.
Atlet-atlet yang dalam waktu dekat akan mengikuti kompetisi resmi, baik di dalam maupun luar negeri, diutamakan segera mendapat vaksin. Di antaranya atlet cabang bulu tangkis yang kan berangkat ke Eropa, sepak bola yang akan menggelar kompetisi Liga 1 dan pelatnas timnas.
Selain itu sudah ada belasan pengurus cabang olahraga yang mengajukan nama-nama atlet untuk divaksinasi karena mereka akan mengikuti sejumlah kejuaraan internasional.
Di antaranya angkat besar, panahan, pencak silat, tenis, karate, taekwondo, menembak, dayung dan senam.
Idealnya semua atlet PON juga bisa divaksinasi jauh-jauh hari sebelum berlaga di Papua agar mereka pun bisa fokus melakukan latihan dan juga untuk turnamen babak kualifikasi/pemanasan.
Kemenpora sendiri mengatakan pada waktunya semua atlet akan disuntik vaksin.
"Semuanya akan mendapat vaksin karena sesuai janji Presiden seluruh rakyat akan dapat giliran," kata Sekretaris Kemenpora Gatot Dewa Broto.
Kemenpora juga berjanji mengupayakan agar atlet-atlet yang menjalani pelatda untuk PON Papua juga mendapat prioritas mendapatkan vaksin Covid-19 yang selanjutnya.
Meski semua atlet nantinya sudah menerima vaksin, Menpora mengingatkan bahwa protokol kesehatan dalam penyelenggaraan PON nanti harus tetap dipatuhi.
Kini sukses tidaknya PON ke-20 d Papua nanti juga akan dilihat bagaimana protokol kesehatan diterapkan guna menjaga keamanan dan keselamatan para peserta.
Namun dengan persiapan matang, kerja sama semua pihak, dan belajar dari event-event olahraga yang sudah digelar, termasuk mungkin nantinya dari bagaimana Olimpiade Tokyo digelar di masa pandemi, akan ada optimisme bahwa "Torang Bisa" sukseskan PON ke-20 di Papua.
Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-20 di Papua 2-15 Oktober 2021 memang tidak selevel dengan Olimpiade, namun keduanya sama-sama ajang multievent yang harus melibatkan banyak atlet dan banyak faktor, termasuk dalam memenuhi standar kesehatan di tengah wabah virus corona yang belum juga mereda.
Sama seperti Tokyo 2020 yang harus diputuskan diundur satu tahun, PON Papua 2020 pun digeser satu tahun karena wabah virus corona dan berbagai aturan pembatasan kegiatan masyarakat tidak memungkinkan menggelar acara besar ini.
Dalam hal kesiapan infrastruktur, tentunya panitia memiliki lebih banyak waktu dengan penundaan ini
Panitia PON Papua sendiri sudah menyatakan siap menggelar pesta olahraga nasional empat tahunan itu.
"Kesiapan Papua sebagai tuan rumah sudah 90 persen," kata ketua harian PB PON Yunus Wonda beberapa waktu lalu.
Kesiapan tersebut, katanya, termasuk dalam hal infrastruktur pendukung dan arena-arena yang akan dipakai.
Di tengah wabah COVID-19 di Tanah Air, panitia sudah mulai melakukan penyesuaian dalam proses persiapan, misalnya acara peresmian arena-arena yang sudah selesai dilakukan secara virtual.
Saat menetapkan penundaan satu tahun, semua orang berharap pandemi sudah berakhir dan tidak ada lagi pembatasan serta penghalang lainnya untuk kegiatan masyarakat.
Namun Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan sejumlah pakar epidemi dalam pernyataan baru-baru ini mengingatkan bahwa pandemi COVID-19 akan bertahan dalam waktu yang lama, meskipun program vaksinasi sudah mulai dilakukan di seluruh dunia.
Dari hasil studi WHO itu dipastikan pada 2021 aturan-aturan protokol kesehatan harus tetap diaplikasikan sebagai syarat diadakannya berbagai kegiatan yang mengundang kerumunan termasuk olahraga.
PON ke-20 di Papua yang mengangkat tagline "Torang Bisa" akan diikuti 6.484 atlet, ditambah dengan staf pendukung yang jumlahnya juga ribuan.
Sebanyak 37 cabang olahraga akan dipertandingkan di arena-arena yang terbagi dalam klaster Kota Jayapura, klaster Kabupaten Jayapura, klaster Mimika dan klaster Merauke.
Kegiatan yang melibatkan banyak orang dan banyak prosesi yang harus dilakukan ini juga menjadi tantangan bagi penyelenggara dalam menjadikan PON di Papua nanti itu PON yang aman di tengah pandemi.
Apalagi Provinsi Papua yang di ujung timur Indonesia memerlukan persiapan terkait jauhnya jarak yang harus ditempuh peserta, terutama jika Oktober nanti pandemi masih belum terkendali.
Vaksinasi
Dimulainya program vaksinasi Covid-10 di berbagai negara seluruh dunia, termasuk Indonesia, setidaknya menjadi salah satu pemberi optimisme kepada olahragawan.
Namun para atlet harus bersabar karena tidak serta merta mereka langsung mendapat vaksin yang produksinya masih terbatas, sementara banyak yang harus diinokulasi.
IOC sendiri tidak setuju jika atlet "melompati antrean" untuk vaksin karena prioritas utama adalah untuk tenaga kesehatan dan kaum rentan.
Sejumlah negara seperti Israel, Hongaria dan beberapa negara Eropa, telah memulai vaksinasi untuk atletnya, menyusul selesainya inokulasi kepada para tenaga kesehatannya.
Di Indonesia saat ini dalam proses penyelesaian vaksinasi massal tahap pertama untuk tenaga kesehatan dan sejumlah kalangan yang dinilai layak mendapat suntikan awal.
Ada harapan kalangan atlet akan mendapat giliran dalam waktu dekat ini melalui program vaksinasi nasional tahap dunia.
Atlet termasuk di antara profesi yang akan mendapatkan vaksin tahap 2, selain tenaga pendidik, wartawan dan pekerja transportasi, serta kelompok pekerja lainnya.
Kementerian Pemuda dan Olahraga telah membuat daftar atlet yang diprioritaskan mendapatkan vaksinasi untuk diserahkan kepada Kementerian Kesehatan.
Menpora Zainudin Amali memaklumi jika jumlah vaksin COVID-19 saat ini masih terbatas, namun dia akan berupaya agar setidaknya para atlet yang diusulkan bisa mendapat prioritas vaksinasi COVID-19 dari pemerintah.
“Jadi saya harap walaupun terbatasnya vaksin itu kami tetap bisa diprioritaskan. Hanya untuk beberapa saja, yakni yang dipersiapkan untuk ke Olimpiade atau pun ke kejuaraan-kejuaraan single event lainnya,” kata dia.
Atlet-atlet yang dalam waktu dekat akan mengikuti kompetisi resmi, baik di dalam maupun luar negeri, diutamakan segera mendapat vaksin. Di antaranya atlet cabang bulu tangkis yang kan berangkat ke Eropa, sepak bola yang akan menggelar kompetisi Liga 1 dan pelatnas timnas.
Selain itu sudah ada belasan pengurus cabang olahraga yang mengajukan nama-nama atlet untuk divaksinasi karena mereka akan mengikuti sejumlah kejuaraan internasional.
Di antaranya angkat besar, panahan, pencak silat, tenis, karate, taekwondo, menembak, dayung dan senam.
Idealnya semua atlet PON juga bisa divaksinasi jauh-jauh hari sebelum berlaga di Papua agar mereka pun bisa fokus melakukan latihan dan juga untuk turnamen babak kualifikasi/pemanasan.
Kemenpora sendiri mengatakan pada waktunya semua atlet akan disuntik vaksin.
"Semuanya akan mendapat vaksin karena sesuai janji Presiden seluruh rakyat akan dapat giliran," kata Sekretaris Kemenpora Gatot Dewa Broto.
Kemenpora juga berjanji mengupayakan agar atlet-atlet yang menjalani pelatda untuk PON Papua juga mendapat prioritas mendapatkan vaksin Covid-19 yang selanjutnya.
Meski semua atlet nantinya sudah menerima vaksin, Menpora mengingatkan bahwa protokol kesehatan dalam penyelenggaraan PON nanti harus tetap dipatuhi.
Kini sukses tidaknya PON ke-20 d Papua nanti juga akan dilihat bagaimana protokol kesehatan diterapkan guna menjaga keamanan dan keselamatan para peserta.
Namun dengan persiapan matang, kerja sama semua pihak, dan belajar dari event-event olahraga yang sudah digelar, termasuk mungkin nantinya dari bagaimana Olimpiade Tokyo digelar di masa pandemi, akan ada optimisme bahwa "Torang Bisa" sukseskan PON ke-20 di Papua.