Jakarta (ANTARA) - Pelaksana tugas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah mengatakan pemerintah Indonesia telah mengevakuasi 2.632 WNI dari Yaman akibat konflik yang terus berlangsung di negara itu.
“Mayoritas (WNI di Yaman) sudah dipulangkan atau pindah untuk melanjutkan studi. Jadi aktivitas diplomatik dilakukan di Muscat, Oman,” kata Faizasyah di Jakarta, Jumat.
Kedubes RI di Sana’a, Yaman, ditutup sejak 2015 lalu akibat situasi keamanan yang memburuk dan setelah terkena ledakan bom yang menimbulkan korban jiwa dan luka-luka dari warga sipil. Ledakan itu juga melukai seorang WNI dan dua staf diplomat KBRI.
Meski penutupan KBRI Sana’a telah dilakukan empat tahun lalu, pemerintah baru menuangkan kebijakan penutupan secara resmi melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2019 yang ditandatangani Presiden Joko Widodo pada 17 Juli 2019.
Semenjak penutupan tersebut, fungsi diplomatik telah dipindahkan ke Muscat dan mayoritas WNI di Yaman dievakuasi.
“Sebetulnya sejak 2015 saat kita proses evakuasi WNI di sana kita sudah menilai Yaman tidak lagi kondusif untuk WNI yang mayoritas memang pelajar,” jelasnya.
Terkait perwakilan di negara-negara konflik lain seperti Suriah dan Afghanistan, dia menegaskan kegiatan diplomatik masih aktif, namun, ruang gerak kegiatan perwakilan dipersempit mengingat keamanan di kota-kota seperti Damaskus dan Kabul.
Situasi di Yaman beberapa tahun terakhir tidak menentu akibat konflik antara koalisi militer pimpinan Arab Saudi-Uni Emirat Arab yang mendukung pemerintah Yaman dengan pemberontak Houthi.
Konflik itu telah menewaskan puluhan ribu orang dan menyeret penduduk Yaman ke ambang kemiskinan.
Berdasarkan keppres tersebut KBRI Sana’a akan dibuka kembali jika situasi dan kondusi di Yaman sudah kondusif.