Jakarta (ANTARA) - Pengamat transportasi Unika Soegijapranata Djoko Setijowarno meminta pemerintah memperkuat akses transportasi umum ke berbagai lokasi pariwisata guna meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia.
"Kelemahan menuju akses wisata di Indonesia adalah kurang sekali tersedianya fasilitas transportasi umum," katanya dalam rilis di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, para pelancong harus membawa kendaraan pribadi yang akhirnya berujung kemacetan, dan pengusaha pengelola destinasi wisata harus menyediakan lahan parkir yang luas.
Djoko yang juga Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) itu menuturkan, di sejumlah negara, transportasi umum menuju destinasi wisata ada beberapa pilihan seperti kereta, bus, atau taksi.
"Sudah saatnya perbaikan infrastruktur jalan dapat dibarengi penataan fasilitas transportasi umum ke lokasi wisata," katanya.
Sebelumnya, Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR menyatakan pihaknya mendukung kawasan pariwisata nasional prioritas (KSPN) melalui penyediaan jaringan jalan nasional.
Selama 2015 hingga 2019, kegiatan pembangunan jalan baik baru maupun penambahan telah dilakukan untuk mendukung enam dari 10 KSPN unggulan, yaitu Danau Toba, Borobodur, Labuan Bajo, Tanjung Kelayang, Bromo-Tengger-Semeru, dan Morotai.
Sebelumnya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) juga menyatakan akan terus mengembangkan pariwisata digital (digital tourism) untuk menarik wisatawan, termasuk mancanegara, berlibur ke Indonesia.
"Untuk pengembangan pasar, akan dilakukan pengembangan digital tourism dalam menarik minat wisman dengan cara menyesuaikan minat dan profil target wisatawan dengan produk dan destinasi yang ingin dipasarkan," kata Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo.
Angela menuturkan efektivitas promosi juga akan ditingkatkan di masing-masing negara tujuan dengan mengadakan familirization trip oleh para influencer media sosial.
Selanjutnya, kerja sama dimungkinkan dengan platform-platform traveler online yang sudah memiliki pangsa pasar besar.
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenparekraf Rizki Handayani menjelaskan strategi digital tourism dengan menggunakan big data dilakukan untuk melihat karakter wisatawan berdasarkan kriteria pencariannya tentang pariwisata Indonesia.
"Dari big data, kita bisa tahu berapa orang yang beli tiket ke Indonesia, apakah individual atau corporate. Belinya di mana, travel agent atau online, itu semua bisa dilihat," katanya.